Featured Post

Ringkasan Tafsir Al Fatihah Bagian 1

مُخْتَصَرُ تَفْسِيرِ

جُزْءِ عَمَّ
لِلشَّيْخِ / ابْنِ عُثَيْمِين
رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى

اخْتَصَرَهُ
الْعَبْدُ الْفَقِيرُ إِلَى رَحْمَةِ رَبِّهِ
عَلِيٌّ حَسَنٌ صَالِحٌ الْعُبَيْدَلِي
غَفَرَ اللَّهُ لَهُ وَلِوَالِدَيْهِ وَلِلْمُسْلِمِينَ

Ringkasan Tafsir
Juz 'Amma
Karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin
Semoga Allah Ta‘ala merahmatinya

Diringkas oleh
Hamba yang fakir akan rahmat Rabb-nya
‘Ali Hasan Shalih Al-‘Ubaidliy
Semoga Allah mengampuninya, kedua orang tuanya, dan kaum Muslimin

 

تَفْسِيرُ سُورَةِ الْفَاتِحَةِ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

  • هٰذِهِ السُّورَةُ قَالَ الْعُلَمَاءُ: إِنَّهَا تَشْتَمِلُ عَلَى مُجْمَلِ مَعَانِي الْقُرْآنِ فِي التَّوْحِيدِ، وَالْأَحْكَامِ، وَالْجَزَاءِ، وَطُرُقِ بَنِي آدَمَ، وَغَيْرِ ذٰلِكَ، وَلِذٰلِكَ سُمِّيَتْ أُمَّ الْقُرْآنِ.

 

Tafsir Surah Al-Fatihah

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

  • Surah ini, para ulama mengatakan bahwa ia mencakup inti dari makna-makna Al-Qur’an, yaitu dalam hal tauhid, hukum-hukum, balasan (hari pembalasan), jalan hidup Bani Adam, dan hal-hal lainnya. Oleh karena itu, surah ini dinamakan “Ummul-Qur'an” (Induk Al-Qur'an).

 

 

  • هٰذِهِ السُّورَةُ لَهَا مُمَيِّزَاتٌ تَتَمَيَّزُ بِهَا عَنْ غَيْرِهَا، مِنْهَا أَنَّهَا رُكْنٌ فِي الصَّلَوَاتِ الَّتِي هِيَ أَفْضَلُ أَرْكَانِ الْإِسْلَامِ بَعْدَ الشَّهَادَتَيْنِ: فَلَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، وَمِنْهَا أَنَّهَا رُقْيَةٌ: إِذَا قُرِئَ بِهَا عَلَى الْمَرِيضِ شُفِيَ بِإِذْنِ اللَّهِ.
  • Surah ini memiliki keistimewaan-keistimewaan yang membedakannya dari surah lainnya. Di antaranya adalah bahwa ia merupakan rukun dalam shalat, sedangkan shalat adalah rukun Islam terbaik setelah dua kalimat syahadat. Maka tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah. Di antara keutamaannya juga, surah ini adalah ruqyah; apabila dibacakan kepada orang sakit, maka ia bisa sembuh dengan izin Allah.

 

  • قَوْلُهُ تَعَالَى: [بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ]: الْجَارُّ وَالْمَجْرُورُ مُتَعَلِّقٌ بِمَحْذُوفٍ، فَإِذَا قُلْتَ: ((بِسْمِ اللَّهِ)) وَأَنْتَ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَ، تُقَدِّرُ الْفِعْلَ: ((بِسْمِ اللَّهِ آكُلُ)). [اللَّهُ] اسْمُ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا يُسَمَّى بِهِ غَيْرُهُ، وَهُوَ أَصْلُ الْأَسْمَاءِ، وَلِهٰذَا تَأْتِي الْأَسْمَاءُ التَّابِعَةُ لَهُ، [الرَّحْمٰنُ] أَي: ذُو الرَّحْمَةِ الْوَاسِعَةِ، [الرَّحِيمُ] أَي: الْمُوْصِلُ لِلرَّحْمَةِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ.
  • Firman Allah Ta‘ala: [بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ] — kata depan dan kata benda setelahnya (‘bism’) berkaitan dengan fi‘il (kata kerja) yang dibuang. Jadi, jika kamu berkata: “Bismillah” ketika ingin makan, maka kalimat lengkapnya adalah: “Bismillah aku makan”.

[Allah] adalah nama Allah, Rabb seluruh alam, dan tidak ada yang dinamakan dengan nama itu selain Dia. Nama ini adalah induk dari semua nama, karena nama-nama lainnya mengikuti nama ini.
[Ar-Rahmān] artinya: Yang memiliki rahmat yang luas.
[Ar-Rahīm] artinya: Yang menyampaikan rahmat kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.

 

  • فَائِدَةٌ – مَسْأَلَةٌ: هَلِ الْبَسْمَلَةُ آيَةٌ مِنَ الْفَاتِحَةِ أَوْ لَا؟

إِنَّهَا لَيْسَتْ مِنَ الْفَاتِحَةِ، وَلَكِنَّهَا آيَةٌ مُسْتَقِلَّةٌ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ، وَهٰذَا هُوَ الْقَوْلُ الْحَقُّ، فِي الصَّحِيحِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: ((صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ، فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِـ [الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ] لَا يَذْكُرُونَ [بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ] فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ، وَلَا فِي آخِرِهَا)). وَالْمُرَادُ: لَا يَجْهَرُونَ، وَالتَّمْيِيزُ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْفَاتِحَةِ فِي الْجَهْرِ وَعَدَمِهِ يَدُلُّ عَلَى أَنَّهَا لَيْسَتْ مِنْهَا.

  • Faedah – Masalah: Apakah basmalah termasuk ayat dari Surah Al-Fatihah atau tidak?

Jawabannya: Basmalah bukan bagian dari Surah Al-Fatihah, namun ia adalah ayat yang berdiri sendiri dalam Kitab Allah. Inilah pendapat yang benar. Dalam hadis sahih dari Anas bin Malik radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata: “Aku pernah shalat di belakang Nabi , Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka memulai bacaan dengan [Alhamdulillāhi Rabbil ‘Ālamīn], dan tidak menyebut [Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm] di awal bacaan maupun di akhirnya.”

Yang dimaksud adalah mereka tidak membacanya dengan suara keras. Perbedaan antara basmalah dan Surah Al-Fatihah dalam hal dikeraskan atau tidaknya bacaan menunjukkan bahwa basmalah bukan bagian dari Al-Fatihah.

قَوْلُهُ تَعَالَى: [الْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ]:
[
الْـحَمْدُ] وَصْفُ الْـمَحْمُودِ بِالْكَمَالِ مَعَ الْـمَحَبَّةِ وَالتَّعْظِيمِ، قَالَ أَهْلُ الْعِلْمِ: (لِأَنَّ مُجَرَّدَ وَصْفِهِ بِالْكَمَالِ بِدُونِ مَحَبَّةٍ وَلَا تَعْظِيمٍ لَا يُسَمَّى حَمْدًا، وَإِنَّمَا يُسَمَّى مَدْحًا)،

Firman Allah Ta‘ala: [الْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ]:
[Al-ḥamdu] berarti pujian terhadap yang dipuji dengan sifat kesempurnaan, yang disertai rasa cinta dan pengagungan. Para ulama berkata: “Karena sekadar memuji dengan sifat kesempurnaan tanpa disertai cinta dan pengagungan, maka itu tidak disebut ‘ḥamd’ (pujian), melainkan hanya disebut ‘madḥ’ (sanjuan biasa).”


[
لِلَّهِ] اسْمُ رَبِّنَا عَزَّ وَجَلَّ، لَا يُسَمَّى بِهِ غَيْرُهُ، وَمَعْنَاهُ: الْـمَأْلُوهُ – أَيِ: الْـمَعْبُودُ حُبًّا وَتَعْظِيمًا،

[Lillāh] adalah nama Rabb kita ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang dinamai dengan nama itu selain Dia. Maknanya adalah al-ma’lūh, yaitu yang disembah karena cinta dan pengagungan.


[
رَبِّ] هُوَ مَنِ اجْتَمَعَ فِيهِ ثَلَاثَةُ أَوْصَافٍ: الْخَلْقُ، وَالْمُلْكُ، وَالتَّدْبِيرُ،

[Rabb] adalah Dzat yang memiliki tiga sifat sekaligus: mencipta, memiliki, dan mengatur.


[
الْعَالَمِينَ]: قَالَ الْعُلَمَاءُ: كُلُّ مَا سِوَى اللَّهِ فَهُوَ مِنَ الْعَالَمِ.

[Al-‘Ālamīn]: Para ulama mengatakan bahwa segala sesuatu selain Allah adalah bagian dari ‘alam (makhluk).

فَائِدَةٌ:

اللَّهُ تَعَالَى مُسْتَحِقٌّ مُخْتَصٌّ بِالْـحَمْدِ الْكَامِلِ مِنْ جَمِيعِ الْوُجُوهِ، وَلِهٰذَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَصَابَهُ مَا يَسُرُّهُ قَالَ: ((الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ))، وَإِذَا أَصَابَهُ خِلَافُ ذٰلِكَ قَالَ: ((الْـحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ)).

Faedah:

Allah Ta‘ala berhak dan khusus untuk menerima pujian yang sempurna dari semua sisi. Oleh karena itu, Nabi apabila mengalami sesuatu yang menyenangkan, beliau berkata:
“Alhamdulillāh alladhī bini‘matihi tatimmuṣ-ṣāliḥāt” (Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya sempurnalah kebaikan-kebaikan).
Dan apabila terjadi hal yang sebaliknya, beliau berkata:
“Alhamdulillāh ‘alā kulli ḥāl” (Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan).

 


Posting Komentar